Ketahanan Energi (Bagian 2) : Potensi Kekayaan Energi Indonesia

Tulisan ini merupakan bagian dari rangkaian utuh Karya Tulis berjudul Tinjauan Nasional Atas Ketahanan Energi dan Perkembangan Penggunaan Energi Baru Terbarukan di Masa Depan . Bagian kedua ini berisi tentang potensi energi yang dimiliki di Indonesia, baik yang sudah dieksploitasi maupun dalam tahap pengembangan.

Energi secara umum dapat diklasifikasi menjadi energi konvensional dan energi baru terbarukan. Energi konvensional sudah lama digunakan sebagai sumber energi bahkan menjadi mayoritas dalam neraca energi nasional. Sumber energi fosil , seperti : minyak bumi, gas dan batu bara merupakan sumber energi konvensional.

Semakin menipisnya cadangan sumber energi konvensional dan meningkatnya konsumsi energi setiap tahun mendorong Pemerintah untuk meninjau ulang kebijakan energinya untuk meningkatkan penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) dan mengurangi ketergantungan kepada energi fosil. EBT adalah sumber energi yang dapat diciptakan kembali oleh alam atau sumber energi baru yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti energi fosil.

Di bawah ini akan dijelaskan secara singkat mengenai potensi energi yang dimiliki Indonesia.

1.       MINYAK BUMI

Minyak bumi diproduksi dan didistilasi menjadi berbagai jenis fraksi sebelum digunakan sebagai bahan bakar. Saat ini di Indonesia , minyak bumi menjadi sumber energi yang paling besar. Hampir setengah dari konsumsi energi nasional ditopang oleh suplai minyak bumi.

Indonesia dahulu merupakan anggota OPEC sebagai salah satu pengekspor minyak bumi . Tetapi pada tahun 2008 , Indonesia resmi keluar dari OPEC karena produksi dalam tidak dapat mengurangi konsumsi dalam negeri. Rata-rata kebutuhan dalam negeri adalah sekitar 1,3 juta barel per hari . Permintaan ini tidak diiringi dengan produksi minyak yang hanya sebesar 879 ribu barel per hari.[1]

Indonesia saat ini masih memiliki cadangan minyak sebesar 7,73 miliar barel. Angka ini terdiri dari 4,039 miliar barel cadangan proven dan 3,692 miliar barel cadangan berpotensi. Selain ada upaya untuk mencari sumur produksi baru, para ahli perminyakan juga berusaha untuk meningkatkan teknologi untuk produksi minyak yang lebih maksimal. Cadangan minyak bumi terbesar di Indonesia terdapat di Sumatera bagian tengah dengan nilai 3,847 miliar barel cadangan[2] .

Gambar 1 Sebaran Cadangan Minyak Bumi di Indonesia

 minyak bumi

sumber : ESDM 2011

2      GAS BUMI

Gas bumi merupakan sumber daya alam dengan cadangan terbesar ketiga di dunia setelah batu bara dan minyak bumi. Gas alam pada awalnya tidak dikonsumsi sebagai sumber energi karena kesulitan dalam hal transportas sehingga selalu dibakar ketika diproduksi bersamaan dengan minyak bumi.

Gas alam di Indonesia memiliki peranan yang cukup dominan setelah peran minyak sebagai sumber energi utama mulai dikurangi. Apalagi dengan komitmen yang diberikan pemerintah dalam Clean Developement Mechanism pada Kyoto Protocol, gas alam mulai dipilih karena tingkat polusi yang lebih rendah. Selain itu Indonesia memiliki cadangan gas alam yang cukup besar, yaitu sebesar 152,89 TSCF[3]. Gas alam juga memiliki harga yang stabil karena jauh dari muatan politis , tidak seperti minyak bumi.

Produk dari gas alam yang digunakan adalah LPG (Liquid Petroleum Gas), CNG ( Compressed Natural Gas) , LNG ( Liquid Natural Gas) dan Coal Bed Methane (CBM) yang merupakan sumber non konvensional yang sedang dikembangkan di Indonesia.

Compressed Natural Gas merupakan gas alam yang dikompres tanpa melalui proses penyulingan dan disimpan dalam tabung logam. CNG relatif lebih murah karena tanpa melalui proses penyulingan dan lebih ramah lingkungan.

LPG dan LNG merupakan gas alam hasil penyulingan dan pemisahan dari minyak bumi. Gas buthana dan propana akan  menjadi LPG dan methana akan menjadi LNG. LPG dikenal sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak .

Gambar 2 Sebaran Cadangan Gas Alam di Indonesia

gas bumi

sumber : ESDM 2011

3.       BATUBARA

Menurut ESDM 2011, cadangan batubara di Indonesia adalah 103,187 milyar ton[4]. Cadangan tersebut tersebar di seluruh Indonesia, terutama di Kalimantan (52,32 milyar ton) dan Sumatera (52,48 milyar ton).

Mayoritas cadangan batubara di Indonesia memiliki kualitas yang menengah (medium rank) , 22% berkualitas rendah (low rank ) dan sekitar 12% berkualitas tinggi (high rank). Menurut standar kalori yang digunakan PLN , adb (ash dry basis) , kandungan kalori batubara dibagi menjadi tiga[5], yaitu :

  • Low rank ( kalori < 5100 kkal/kg)
  • Medium rank ( kalori 5100-6100 kkal/kg)
  • High rank ( 6100-7100 kkal/kg)

Saat ini PLN sedang melakukan ujicoba sumber energ baru , yaitu Gasified Coal dan Liquified Coal. Diharapkan dengan dikembangkan sumber energi baru ini maka kuantitas dan kualitas bakar menjadi lebih besar dan efisien.

 Gambar 3 Sebaran Cadangan Batubara di Indonesia

 batu bara

sumber : ESDM 2011

4.      TENAGA KELAUTAN

Indonesia memiliki garis pantai yang panjang dan dikenal sebagai negara maritim terbesar di dunia. Dengan dikelilingi oleh dua samudra besar di dunia, Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, Laut Indonesia memiliki potensi untuk menghasilkan energi yang sangat besar.

Apabila digali lebih mendalam, laut Indonesia paling tidak dapat dimanfaatkan dengan lima cara, yaitu : gelombang laut, pasang surut, arus laut , perbedaan salinitas dan perbedaan suhu laut. [6] Saat ini diestimasi bahwa potensi kelautan Indonesia dapat dimanfaatkan untuk menghasilakan daya sebesar 240 GWe.[7] Energi gelombang laut (wave power) diturunkan dari tenaga dari gelombang permukaan yang terhempas ke garis pantai . Sedangkan energi pasang surut (tidal power) didapat dari pemanfaatan energi kinetik dari pasang surut yang terjadi. Pemanfaatan tenaga melalui arus laut dilakukan dengan mendesain turbin yang dapat diputar oleh arus deras (marine current power) . Energi osmotis (osmotic power) memanfaatkan dari kadar garam di laut, Ocean Thermal Energy Convention memanfaatkan prinsip thermodinamika ketika terdapat sistem dan lingkungan yang memiliki perbedaan suhu yang cukup besar.[8]

Tingkat pemanfaatan energi kelautan Indonesia hanya 0,000458 % , jauh dari nilai optimal yang dimiliki . Kapasitas terpasang ini merupakan pemanfaatan energi gelombang laut di pantai Baron Yogyakarta ( kapasitas terpasang 1,1 MW) [9]. Estimasi potensi listrik dari energi gelombang di Indonesia adalah 20-70 MW/m menurut BPPT Pengembangan Sumber Daya Energi. Menduduki posisi ke-4 di dunia, Indonesia memiliki 81.000 km garis pantai  yang siap dimanfaatkan.

Dengan memanfaatkan energi kelautan pemerintah dapat memacu pertumbuhan energi di pulau-pulau terpencil . Selain itu Pemerintah dapat turut mengamankan pulau-pulau terluar karena meraka merupakan aset negara yang sangat penting. Pulau-pulau terluar tersebut memegang peranan penting dalam menjaga kedaulatan Indonesia. Selain itu , energi kelautan dapat mengubah ancaman menjadi keuntungan melalui pemanfaatan arus laut yang rawan bagi pelayaran.

5.      GEOTHERMAL

Indonesia secara geografis terletak di akibat pertemuan tiga lempeng bumi, yaitu  : Pasifik, Indo-Asutralia, dan Eurasia . Pertemuan lempeng ini menyebabkan terbentuknya ring of fire atau sabuk api , yaitu Sirkum Mediterania dan Sirkum Pasifik . Kedua sabuk api ini bertemu di wilayah nusantara sehingga menyebabkan Indonesia kaya akan gunung api . Kondisi ini memberikan peruntungan karena terdapat kurang lebih 285 area yang diramalkam memiliki potensi panas bumi atau setara dengan 29.215 MW [10]. Hingga saat ini terdapat 7 lapangan yang telah dieksploitasi dengan produksi setara  1.226 MW . Sedangkan saat ini 44 lapangan sedang dalam tahap survey, eksplorasi dan studi kelayakan.

Panas bumi dihasilkan dari panas dari inti bumi yang terletak di kedalaman 6400 km di bawah permukaan kulit bumi.  Panas tersebut merambat secara konduksi dan konveksi sehingga dapat dimanfaatkan di kedalaman 2-5 km tergantung letaknya. Di Indonesia, eksploitasi hanya menarik dilakukan di kedalaman 2 km, sedangkan Islandia dilakukan di kedalaman 5 km karena kebutuhan energinya yang tinggi.

Panas bumi disebut sebagai sumber energi yang renewable dan sustainable . Pemanfaatannya tidak menggunakan energi fosil sehingga tidak menghasilkan CO2 yang dapat menyebabkan polusi. Indonesia telah menyetujui pengurangan emisi CO2 hingga 2020, sehingga peran panas bumi menjadi salah satu solusi yang sangat menarik.

Gambar 4  Peta Potensi Geothermal Indonesia

geothermal

 sumber : indogeothermal.or.id

Pemanfaat panas bumi telah mengalami banyak perkembangan. Tetapi fitur reservoir yang paling sering dimanfaatkan adalah hidrotermal. Hidrotermal memiliki karakteristik banyak manifestasi air dalam pori-pori batuan dalam tekanan di bawah tekanan hidrostatik.

Pemanfaatan panas bumi menjadi listrik dilakukan di sumur produksi yang memiliki suhu dengan gradien temperatur tinggi . Armstead mengklasifikasikan sumur yang demikian sebagai thermal area. Thermal area dengan temperatur 300-700 derajat Fahrenheit dapat dieksplotasi menjadi pembangkit listrik.

6.  ENERGI BARU DAN TERBARUKAN LAINNYA

Selain sumber energi yang ada diatas, masih banyak lagi sumber energi yang dimiliki oleh Indonesia , yaitu : energi nuklir ,biomassa, hidrotermal, energi hidrogen, dan angin .

Indonesia memiliki potensi energi nuklir karena bahan bakarnya, yaitu uranium dapat ditemukan di Indonesia walaupun hal ini masih menjadi hipotesis. Karena selama ini tambang-tambang tembaga dapat menjadi indikasi tersimpannya kandungan uranium. Selain itu pemanfaatan energi nuklir sangat sulit karena ketidakpastian kapital, biaya radioactive waste management & decommissioning serta biaya nuclear liability.[11] Dengan adanya kejelasan biya-biaya pengelolaan dan operasi maka nantinya nuklir akan semakin menarik untuk dimanfaatkan. Tetapi tentunya dalam mengambil kebijakan nuklir , pemerintah harus lebih berhati-hati dengan memperhatikan aspek sosial, ekonomi, budaya, keselamatan nuklir , lingkungan dan perubahan iklim.

Energi biomassa diturunkan dari materi biologi yang berbasis hidrokarbon, oksigen dan karbon. Biomassa diturunkan dari sampah, kayu, tanaman, buangan, gas landfill, dan alkohol. Salah satu bentuk energi biomassa yang saat ini tidak dilirik sama sekali oleh Indonesia adalah gambut. Indonesia memiliki lahan gambut terbesar ke-4 di dunia setelah Cina , Rusia dan Kanada. Luas lahan gambut di Indonesia adalah 22 juta hektare dengan ketebalan 2 hingga 5 meter. [12] Pembangkitan listrik sebesar 120 MWe hanya akan menkonsumsi 2 m gambut dengan luas 7500 hektare. Saat ini ada beberapa perusahaan yang menggunakan gambut sebagai bahan bakar tanpa membayar retribusi kepada pemerintah. Kendala yang paling besar dalam pemanfaatan gambut adalah tingginya kadar polusi dari pembakaran gambut.

Energi hidrotermal dan angin sudah banyak dimanfaatkan terutama untuk menghasilkan listrik. Energi hidrotermal potensinya sangat besar meningat tingginya curah hujan dan luasnya daerah resapan hujan, serta kontur Indonesia yang memiliki berelevasi. Karakteristik ini dapat dimanfaatkan untuk membangun ROR atau Reservoir hydroplant.  Tren yang berkembang sekarang dalam pemanfaatan energi hidrotermal adalah PLT mikro dan mini hidro. Banyak desa-desa di Indonesia yang kesulitan listrik karena jauh dari jaringan listrik induk. PLT mikro dan mini hidro dapat menjadi jawaban karena aplikasinya yang relatif murah dan mudah.

Pemanfaatan angin di Indonesia masih kurang karena rata-rata kecepatan angin di Indonesia yang masih lambat. Selain itu keluaran dari PLTB frekuensinya tidak tetap karena profil angin yang selalu berubah-ubah. Tetapi secara umum Indonesia bisa jadi memiliki potensi energi angin karena memiliki garis pantai sehingga berhembus angin laut dan angin darat .


[1] Handbook of Energy and Economic Statistics Indonesia 2012, hlm. 70

[2] Statistik Minyak Bumi, ESDM 2011

[3] Statistik Gas Alam, ESDM 2011

[4] Statistik Batubara, ESDM 2011

[5] RUPTL PLN 2012-2021, hlm 30

[6]  Abu Khalid Rivai , Brian Yuliarto , dll, Serba- Serbi Energi :Bunga Rampai Energi dari Negeri Sakura , Bandung : Percetakan Ganesha , 2006.

[7] Draft KEN 2010-2050

[8] Abu Khalid Rivai , Brian Yuliarto , dll, Serba- Serbi Energi :Bunga Rampai Energi dari Negeri Sakura , Bandung : Percetakan Ganesha , 2006.

[9] RUPTL 2012-2021 ,PLN hlm. 37

[10] ESDM 2012

[11] RUPTL 2012-2021, PLN hlm 37

[12] DR (HC) Arifin Panigoro, Meretas Problem Listrik Nasional : Tantangan dan Peluang , 2011  , hlm 22

Leave a comment